Secercah Kisah Abu Fahd Negara Tauhid dengan Sahabatnya dalam Belajar-Mengajar

Berikut penuturan salah seorang yang pernah menjalani hidup bersama beliau :

"Masih ingat sekali kenangan saya bersama Abu Fahd NegaraTauhid setiap hari jum'at sore selepas pulang sekolah, kami Rudi Hartono Yudha Hadi Pratama Faizal Fahri Miqdad anwari Yusuf Ismail diky teguh. belajar tahsin dengan beliau. dengan rela beliau ikhlas mengajarkan kita membaca Al-Qur'an dari yang masih terbata-bata hingga mahir sampai saat ini tanpa meminta uang sepeserpun. beliau juga yang mengajarkan kepada kami Manhaj Ahlusunnah ini. tertawa bersama, merenung bersama, nasihat-nasihat yang mengugah keimanan kami, dan motivasi untuk terus hidup dan bahagia dengan sunnah.

teringat juga ketika tahsin saya sering di ledeki teman-teman karena saya yang paling tidak bisa baca Al-Qur'an singkat kata bacaan saya yang paling jelek dan tidak merdu yang membuat saya selalu kecil hati saat itu. namun beliau selalu memotivasi "antum terus belajar, sering-sering dengerin murotal, insya Allah antum akan bisa seperti mereka, malah jauh lebih baik dari mereka." jujur itu melecut semangat saya untuk terus belajar hingga saya bisa membaca Al-Qur'an sebaik saat ini.

saat dulu menganggur, dan saya mengeluh pada beliau tentang sulitnya mencari pekerjaan dewasa ini dengan bijak kembali beliau menasehati saya dengan kata-kata yang menyentuh hati, "Antum tau, masalah yang antum hadapi itu tidak sebesar dengan masalah yang di hadapi orang lain. lihat deh di luar sana ada orang-orang yang masalahnya jauh lebih besar dari antum namun mereka terus berusaha dan tidak mengeluh pada keadaan." kata-kaat itu terus mengukir di hati sampai sekarang.

dan mungkin ini bagian yang paling menyentuh dalam hidup saya, waktu itu murid yang datang tahsin hanya saya. ketika selsai tahsin dan storan hafalan beres. perut ini rasanya lapar sekali. karena dari pagi belum di isi makanan sedikitpun. beliau melihat gelagat saya yang sedari tadi menahan lapar. lantas beliau kedapur dan membuatkan nasi goreng (atau nasi goreng itu sudah ada, saya lupa) dan menyajikannya untuk saya "ayo di makan dulu gung" sambil menyodrkan piring yang terisi penuh dengan nasi goreng dan bebrberapa potong bakso.
"ini untuk saya om ?" tanya ku pada beliau.
"iya, habiskan ya" dengan sura lembut beliau menutup tanyaku. ku raih piring itu dengan tangan bergetar. "syukron om"

bukan bermaksud berlebihan tapi nasi goreng itu terasa nikmat sekali. nikmatnya bukan hanya terletak dari rasa. namun kenikmatan itu itu terasa dari ke ikhlasan beliau melakukannya. memberi makan si lapar ini. dengan mata yg berkaca-kaca ku santap makanan ini dengan lahap. nikmat sungguh nikmat." (https://www.facebook.com/groups/223606517767642/permalink/224784550983172/)
 

Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan pada saat ini, atas ujian yang Allah berikan kepada beliau. (Ryn)

1 komentar untuk "Secercah Kisah Abu Fahd Negara Tauhid dengan Sahabatnya dalam Belajar-Mengajar"