Membedah Paham "Dimas Kanjeng" MUI : Cape Tapi Asyik

CAPE' DEEEHHhhh

Cape' tapi asyik. begitulah yang saya rasakan sekarang ini. Semua berkenaan dengan melayani untuk bicara tentang "Dimas Kanjeng" Taat Pribadi. Pagi diundang Kompas TV tapi saya tak jadi datang karena barengan dengan jam mengajar, siang jam 12:30-13:30 saya bicara di INEWS TV satu jam membedahnya. Malam ini di undang TVONE tapi saya tolak karena sudah terlanjur menerima undangan dari JAKTV.

Walhamdulillah di JAKTV ketemu dengan Ibu Marwah Daud Ibrahim. Dia mengulas fakta subjektifitasnya bahwa Taat Pribadi itu bisa mengadakan (bukan menggandakan) uang. Dia yakin kalau Taat punya kelebihan yang bisa membangun peradaban.  Saya menjelaskan bahwa mengadakan uang itu hak pemerintah, berarti dia melawan hukum. Uang itu alat tukar dan alat saving atas dasar kekayaan yg dimiliki. Kalau uang tanpa ada uderline asetnya itu kan uang palsu. saya jelaskan kalau karomah itu tidak pamer dan biasanya berupa pertolongan Allah kepada waliyullah saat kepepet, dan saat mau diulang di waktu normal tidak bisa. Karomah utk kebaikan yg diraih dengan iman dan takwa bukan hal yg melanggar hukum.

saya sampaikan bahwa ber-Agama itu bukan semata untuk kekayaan tapi mendekatkan diri kepada Allah. Islam menghormati proses bukan hasil semata. Apalagi padepokan itu awalnya bukan tempat mengaji tapi karena kecenderungan masyarakat untuk menggandakan uang berkumpul maka diisi dengan istighatsah. saya menolak menyebut pengikutnya sebagai santri. Peradaban itu dapat dibangun dengan cara beradab.

Tapi Ibu Marwah masih kekeh dan yaqin klo Taat Pribadi itu benar2 orang pilihan dan akan mampu membangun peradaban.

Facebook : KH. Cholil Nafis
Ketua Komisi Dakwah MUI

Posting Komentar untuk "Membedah Paham "Dimas Kanjeng" MUI : Cape Tapi Asyik"